Senin, 22 September 2014

INSTRUMEN PENILAIAN DALAM EVALUASI PEMBELAJARAN

            Dalam persiapan strategi proses belajar mengajar perlu disusun instrumen penilaian dalam standar penguasaan. Penyusunan instrumen penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan penguasaan siswa terhadap suatu materi atau pokok bahasan. Istilah instrumen penilaian disebut dengan istilah teknik penilaian yang berupa teknik tes dan nontes.

A.    JENIS-JENIS INSTRUMEN PENILAIAN

      1.      TES
Tes merupakan himbauan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang di tes. Tes digunakan untuk mengukur sejauh mana seorang siswa telah menguasai pelajaran yang disampaikan terutama meliputi aspek pengetahuan dan keterampilan.
Dibawah ini merupakan alat penilaian teknik tes, yaitu:
a)   Tes tertulis, merupakan tes atau soal yang harus diselesaikan oleh siswa secara tertulis.
b)  Tes lisan, yang merupakan sekumpulan tes atau soal atau tugas pertanyaan yang diberikan siswa dan dilaksanakan dengan cara tanya jawab.
c) Tes perbuatan, merupakan tugas yang pada umumnya berupa kegiatan yang mengukur keterampilan.
            Bentuk penilaian berupa tes tertulis terdiri atas bentuk objektif dan uraian. Bentuk objektif meliputi pilihan ganda, isian benar salah, menjodohkan, serta jawaban singkat. Bentuk uraian meliputi uraian terbatas dan uraian bebas. Agar diperoleh hasil penilaian yang objektif, hendaknya guru dapat menggunakan uraian terbatas dengan pemberian alternative kunci pokok jawaban yang mungkin dijawab siswa untuk setiap soalnya.
Secara rinci teknis penilaian siswa bias dilakukan dengan:
a.   Ulangan harian, umumnya diberikan setelah selesainya satu materi pembelajaran tertentu. Soal yang diberikan sebaiknya berbentuk uraian objektif untuk mengukur pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan berfikir aplikatif.
b. Tugas kelompok, dimaksudkan sebagai latihan bagi siswa dalam mengembangkan kompetensi kerja kelompok, tugas biasanya berbentuk soal uraian dengan tingkat berfikir aplikatif.
c. Kuis, merupakan tes yang membutuhkan waktu singkat yang berkisar 10-15 menit.pertanyaan merupakan hal yang prinsip saja dan bentuk jawaban merupakan isian singkat. Biasanya pertanyaan diberikan saat pelajaran dimulai untuk mengetahui penguasaan pelajaran sebellumnya.
d.      Ulangan blok, merupakan tes pada akhir beberapa materi pelajaran dengan bahan semua materi pokok yang telah diberikan. Materi disusun berdasarkan kisi-kisi soal. Bentuk soal dapat berbentuk uraian objektif atau campuran pilihan ganda dan uraian objektif.
e.       Petanyaan lisan, pertanyaan yang diberikan berupa pengetahuan atau pemahaman tentan konsep. Teknik bertanya diberikan kepada seluruh kelas, dan siswa diberikan kesempatan memikirkan jawaban dan secara acak menunjuk salah satu siswa untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa dilemparakan kepada salah satu siswa lain untuk memberikan pendapat tentang jawaban siswa pertama. Pada akhir kegiatan ini guru memberikan kesimpulan akan jawaban yang benar.
f.       Tugas individu, dimaksudkan sebagai latihan bagi siswa untuk mengenbangkan wawasan dan  kompetensi berfikir. Tugas biasanya berbentuk soal uraian objektif dengan tingkat berfikir aplikatif.
      2. NONTES
Penilaian nontes merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik minat, sifat, dan kepribadian, melalui:

a.   Pengamatan, yakni alat penilaian yang pengisiannya dilakukan oleh guru atas dasar pengamatan terhadap perilaku siswa, baik secara perorangan maupun kelompok, di kelas maupun di luar kelas.
b.  Skala sikap, yaitu alat penilaian yang digunakan untuk mengungkap sikap siswa melalui pengerjaan tugas tertulis dengan soal-soal yang lebih mengukur daya nalar atau pendapat siswa.
c.  Angket, yaitu alat penilaian yang menyajikan tugas-tugas atau mengerjakan dengan cara tertulis.
d.  Catatan harian, yaitu suatu catatan mengenai perilaku siswa yang dipandang mempunyai kaitan dengan perkembangan pribadinya
e.   Daftar cek, yaitu suatu daftar yang dipergunakan untuk mengecek terhadap perilaku siswa telah sesuai dengan yang diharapkan atau belum.

Aspek- aspek yang dieksploitasi dalam menilai nontes antara lain:
1.      Catatan Perilaku Harian
Indikator penting lain dari proses pendidikan adalah perilaku harian peserta didik, yakni perilaku positif maupun negatif yang pada saat tertentu muncul. Hal ini perlu dicatat, tujuannya tidak lain untuk memperoleh bukti secara tertulis. Bukti tertulis tersebut pada suatu saat ketika dapat dipergunakan untuk melakukan refleksi, yaitu proses bercermin dari kejadian yang telah lewat. Ini digunakan untuk menghindari kesalahan di masa depan dan untuk meningkatkan kinerja.
Catatan perilaku harian dibuat oleh guru pada buku Catatan Anekdot (Anecdotal Record). Dalam catatan tertulis dengan jelas nama siswa, keterangan mengenai tempat kejadian dan waktu (hari, tanggal, dan jam).
Kemudian secara berkala, misal satu minggu sekali perilaku siswa tadi dicatat oleh guru pada portofolio mereka masing-masing. Tujuannya adalah agar mereka menyadarinya dan melakukan refleksi.

      2.      Laporan Aktivitas di Luar Kelas
Belajar itu tidak dibatasi oleh dinding kelas. Di dalam ataupun di luar kelas siswa bias tetap belajar. Masyarakat dan lingkungan sekitar sebaiknya dijadikan laboratorium untuk belajar. Maka dari itu hendaknya guru meminta para siswa melapor aktivitas mereka di luar kelas yag mendukung kegiatan belajar.



B.     LANGKAH-LANGKAH MEMBUAT INSTRUMEN PENILAIAN
 
1.      Langkah Penyusunan Instrumen Test
Langkah awal dalam mengembangkan instrumen adalah menetapkan spesifikasi, yaitu berisi uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu instrumen. Penyusunan spesifikasi instrumen mencakup kegiatan antara lain:
a)      Menentukan tujuan
b)      Menyusun kisi-kisi
c)      Memilih bentuk instrumen
d)     Menentukan panjang instrumen
Kisi-kisi dijadikan dasar bagi penulis soal untuk memudahkan dalam menyusun perangkat tes. Selain itu juga untuk mengembangkan soal sesuai tujuan tes. Kisi-kisi tes biasanya berupa matriks yang berisi spesifikasi soal sehingga dapat menghasilkan soal yang isi maupun tingkat kesulitannya sama. Kisi-kisi soal terdiri dari kolom-kolom dengan isi: kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, bentuk soal dan nomor soal.
Terdapat tiga langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes dalam system penilaian berbasis kompetensi, yaitu:
a.    Membuat daftar kompetensi dasar yang diujikan
b.    Menentukan indikator
c.    Menentukan jenis tagihan, bentuk dan jumlah butir soal

Paling sedikit memuat empat hal yang harus diperhatikan dalam memilih materi pembelajaran yang diujikan, yaitu:
a.       Merupakan konsep dasar
b.      Merupakan materi kompetensi dasar berkelanjutan
c.       Memilki nilai terapan
d.      Merupakan materi yang dibutuhkan untuk mempelajari bidang lain

Sumber utama kompetensi dasar adalah silabus untuk memilih materi yang akan diujikan berdasarkan pada tingkat kepentingan yaitu: konsep dasar, materi yang berkelanjutan, berkaitan dengan pelajaran lain dan mengandung nilai aplikatif tinggi. Tujuan yang akan dicapai disertai informasi tentang materi kemudian diuraikan dalam bentuk indikator agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam memilih bahan yang akan diujikan. Jumlah butir soal tergantung pada waktu yang disediakan dalam menyelesaikan tes yang akan diujikan.
Dalam penentuan materi perlu diperhatikan kesahihan isi, yaitu seberapa jauh materi yang akan diujikan sesuai dengan kompetensi dasar. Ada kompetensi dasar yang harus diukur dengan tugas rumah, ulangan harian, ataupun portofolio. Untuk ulangan akhir semester materi yang diujikan harus mencakup kompetensi dasar yang belum dianggap penting.
Kisi-kisi penilaian terdiri dari sejumlah kolom yang memuat kemampuan dasar, materi standar, pengalaman belajar, indikatorbentuk soal, dan jenis ujian.
Penyusunan instrumen berupa tes dalam Penilaian Berbasis Kompetensi harus mengacu kepada indikator perilaku siswa sebagaimana tertuang dalam kisi-kisi penilaian. Dengan demikian setiap butir soal harus jelas apa yang ditanyakan maupun jawaban apa yang dikehendaki.
Langkah-langkah menyusun tes:
·         Merencanakan tes, merujuk pada jenis alat penilaian
·         Menulis butir tes, dengan memperhatikan indikator ketercapaian
·         Merakit soal tes
Tes dapat disajikan dengan bentuk objektif maupun uraian (non objektif) dengan memperhatikan kaidah penulisan soal yang terkait dengan materi, konstruksi dan bahasa.
Pemilihan bentuk instrumen akan ditentukan oleh tujuan, jumlah peserta, waktu yang tersedia untuk memeriksa, cakupan materi, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan.
Bentuk instrumen sebaiknya bervariasi seperti pilihan ganda, uraian objektif, uraian bebas, menjodohkan, jawaban singkat, benar-salah, untuk kerja (performans), dan portofolio. Dengan ini diharapkan agar diperoleh data yang akurat tentang pencapaian belajar siswa.
Panjang instrumen ditentukan oleh waktu yang yang tersedia dengan memperhatikan bahan dan tingkat kelelahan peserta tes. Pada umumnya ulangan dalam bentuk tes dan nontes dapat ditentukan berdasarkan pengalaman para guru.
Setelah membuat kisi-kisi aktivitas penilaian bias dilanjutkan dengan membuat soal tes yang dibutuhkan.
a.         Tes Esay
Petunjuk penyusunan tes esay:
1.   Soal disusun sedemikian rupa sehingga terdapat kesepakatan atas jawaban yang benar tugas peserta test jelas, tidak memiliki arti ganda.
2.  Tujuan dari tiap atau bagian soal hendaklah jelas, hal ini dapat dilihat pada table kisi-kisi.
3.  Kata-kata dan bahasa yang dipilih  hendaklah melahirkan pengetian yang sama/atau tepat dengan maksud soal, tidak meragukan, dan tidak menggunakan istilah yang belum dipahami.
4. Waktu dan energi yang diperlukan sudah dipertimbangkan pada saat membuat persiapan, jangan memberi soal terlalu banyak atau terlalu luas.
5.  Petunjuk tes hendaknya dibuat secara tertulis yang meliputi: waktu ytang diperlukan, skor tiap atau bagian soal sehingga bobot soal diketahui, banyak soal juga diberitahukan.
6.  Tidak boleh ada soal yang bersifat pilihan (optional).
7.  Tes sebaiknya telah mendapatkan masukan dari kawan guru maupun dosen.


b.      Penyusunan Tes Obyektif
1.    Soal benar salah (true-false).
Pedoman penyususnan:
·  Rumusnya harus tidak meragukan sehingga dapat dinyatakan 100% benar atau 100% salah.
·  Kalimatnya disusun sesederhana mungkin dan sebaiknya kalimat positif.
·  Setiap soal sebaiknya hanya mengandung satu pokok personal atau satu ide saja.
· Hindari penggunaan kata-kata yang mengganggu pada pilihan jawaban. Kata-kata seperti selalu, tidak pernah, tidak satupun, dan hanya, akan mengganggu jawaban salah.
· Pilihan jawaban benar salah (B/S) diatur sedemikian rupa sehingga tidak terdapat keteraturan jawaban.

2.    Menjodohkan (Matching)
Pedoman penyusunan:
·     Kata-kata dalam terjodoh (premise) dan penjodoh (respons) masing-masing harus homogen dan disusun dalam satu kelompok tersendiri.
·      Jumlah kata-kata yang dipakai tidak kurang dari dan lebih dari 15.
·    Jumlah kata terjodoh dan penjodoh tidak sama dan disusun tidak sama dengan maksud penjodohan.
·      Dasar penjodohan harus jelas dan konsisten.

3.    Penyusunan tes jawaban pendek
Pedoman penyusunan:
·   Hanya kata-kata yang berarti yang dihilangkan pada bentuk isian kalimat tidak sempurna
·      Gramatika yang merupakan petunjuka untuk jawaban supaya dihindari.
·     Tempat jawaban (blanks) memiliki panjang yang sama dan diletakkan di belakang kalimat di sebelah kanan.
·     Jumlah skor/biji ditentukan oleh banyaknya tempat jawaban dan bukan banyaknya butir soal.
·    Jawaban berupa kata-kata sependek mungkin, atau bilangan, atau tanda (symbol) dan hanya satu jawaban benar.
·      Hindari penggunaan  kata-kata yang terdapat pada buku teks.
·      Hindari pernyataan yang tak terbatas.
·      Hindari pernyataan yang dihilangkan terlalu banyak.

4.    Penyusunan tes pilihan berganda (Multiple Choice)
·    Diskripsi masalah harus ditulis sedemikian rupa sehingga mudah dipahami, tidak merupakan jebakan, dan mengungkapkan permasalahan yang layak dikemukakan sebagai soal.
·   Bila bentuknya melengkapi, maka antara stem (pokok soal) dan pilihan harus merupakan suatu bentuk kalimat yang lengkap dan secara gramatika benar.
·  Sedapat mungkin mempergunakan bentuk kalimat pokok dan bila mau mempergunakan bentuk kalimat ingkar, maka sebaiknya ditulis dengan huruf besar (TIDAK, BUKAN, KECUALI).
·     Hindari penggunaan kata-kata tidak tentu seperti: kebanyakan, seringkali, kadang-kadang.
·   Setiap soal baiknya berdiri sendiri, artinya tidak selalu bergantung dan tidak merupakan petunjuk bagi yang menjawab.
·      Setiap stem hanya mengandung satu permasalahan.
·      Dalam menyusun pilihan hendaknya homogen dalam kandungan makna maupun;
·    Kunci jawaban harus pasti tidak dapat didebatkan, letaknya pun harus berubah-ubah, dan pengecoh harus benar-benar mengganggu atau narik/mirip  dengan jawaban.
·       Pilihan sebaiknya disusun berdasarkan aturan kronologi alphabetis suatu seri yang berurutan
·     Penggunaan kata-kata dalam pilihan seperti: salah semua atau bem hati-hati. Bila dipakai “salah semua” sebaiknya semua pilihan tersebut sederajat yaitu hampir semuanya benar.
·      Hindari kata-kata yang sama pada pilihan.

2.      Langkah-langkah Penyususunan Instrumen Nontes
a.       Instrumen untuk mengungkap aspek psikomotor.
Instrumen:
1)      Tes tertulis (paper and pencil test),
2)      Tes identifikasi,
3)      Tes simulasi,
4)      Tes contoh kerja (work sample).
Daftar cek mudah digunakan untuk menilai tes psikomotorik dimana guru/pengamat tinggal member tanda cek (“) pada kompetesi yang muncul.

b.      Instrument utnuk mengungkap aspek afektif.
Komponen afektif turut menentukan keberhasilan hasil belajar siswa. Paling tidak ada dua komponen afektif yang penting untuk diukur yaitu sikap siswa dan minat pada pelajaran, karena keduanya sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Langkah-langkah penyusunan instrumen afektif:
1.   Pilih perubahan afektif yang akan dinilai.
2.   Pilih skala yang digunakan misal dengan skala lingkup.
3.   Siapkan inventori laporan diri.
4.   Telaah instrumen oleh teman sejawat.
5.   Perbaiki instrumen.
6.   Skor inventori.
7.   Analisis inventori dengan skala sikap dan skala minat.

      C.     PENSKORAN
Untuk menentukan keberhasilan sisiwa dalam sistem pendidikan ini dilakukan penskoran dan penentuan standar keberhasilan. Secara umum, menggunakan prinsip “mastery learning” dimana dikatakan berhasil bila mencapau 75% penguasaan. Namun secara khusus penilaian perlu memperhatikan keterkaitannya dengan ranah (domain) yang ada, yaitu:
1.      Tes Kognitif
a.   Penskoran untuk Tes Bentuk Objektif
Tes objektif hanya memiliki dua kemungkinan jawaban benar dan salah. Lazimnya jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. Skor yang dicapai siswa dilakukan dengan menjumlahkan semua jawaban benar. Hal ini berlaku untuk semua jenis tes objektif baik pilihan ganda benar-salah, isisan singkat, maupun penjodohan.
b.   Penskoran untuk Tes Esai
Tes esai tidak menggunakan pola jawaban benar = 1 dan salah = 0, tetapi menggunakan pola kontinum,hasil 0’ s/d 10, atau 0 s/d 100. Penskoran dapat pula menurut kebutuhan tergantung bobot  dari masing-masing butir soal yang diujikan. Bobot nilai tiap butir soal tidak harus sama dan ditentukan berdasarkan cakupan bahan, tingkat kompleksitas, tingkat keterkaitan, dan kemampuan berpikir yang dituntut.
Untuk memudahkan penskoran pada tes esai harus dibuat kunci jawaban serta rambu-rambu yang akan dijadikan acuan penskoran.
c.    Penskoran Tugas-tugas
Untuk menilai tugas tertentu, diperlukan rambu-rambu khusus yang berisi aspek yang dinilai dan skor maksimum masing-masing aspek.


2.      Pengukuran Afektif
Umumnya dibuat dalam bentuk skala bertingkat, misalnya dengan rentangan 5-1 atau 1-5 tergantung arah pertanyaan/pernyataan. Misalnya, jawaban sangat setuju diberi skor 5, sedangkan sangat tidak setuju 1. Skor keseluruhannya diperhatikan dengan menjumlahkan seluruh skor butir pertanyaan/pernyataan.
Dalam pemberian skor untuk aspek afektif umumbya digunakan skala Likert dengan rentang 1-5. Ini berarti bila menggunakan butir pernyataan?pertanyaan maka akan diperoleh skor maksimum 100 dan minimum 20.

Skor
Kriteria
0-20
Tidak berminat
21-40
Kurang berminat
41-60
Cukup berminat
61-80
Berminat
81-100
Sangat berminat

3.    Tes Psikomotor
Umumnya dilakukan secara langsung ketika siswa berunjuk kerja dan dapat diamati. Digunakan pedoman pengamatan yang berisi aspek yang diamati dan bobot masing-masing.
Misalnya ketika siswa diajak untuk berdiskusi artau mempresentasikan hasil mengerjakan tugas tertentu. Pada penskorannya dapat dilakukan secara berjenjang seperti pada esai, misalnya 1-6, 1-5, 1-4 tergantung bobot tugas. Contohnya lingkarilah angka 5 jika sangat tepat, 4 jika tepat, 3 jika agak tepat, 2 jika tidak tepat dan 1 jika sangat tidak tepat. Disini setiap angka pada lingkaran mempunyai bobot. Lalu setelah itu total skor akan dibagi sesuai kehendak guru untuk mendapat nilai berdasarkan jumlah soal.

Tes Lisan
Pertanyaan lisan dapat digunakan untuk mengetahi taraf serapan peserta didik untuk masalah yang berkaitan dengan kognitif. Pertanyaan lisan yang diajukan harus jelas, dan semua peserta didik harus diberi kesempatan yang sama. Intinya mengajukan pertanyaan, member waktu berfikir, kemudian menunjuk peserta menjawab. Baik benar atau salah jawaban ditawarkan lagi ke kelas untuk mengaktifkan kelas. Tingkat berfikir untuk pertanyaan lisan di kelas cenderung rendah seperti pengetahuan dan pemahaman.

Kelebihan Lisan
Kelemahan Lisan

1.  Dapat mengeksploitasi kemampuan siswa secara langsung
1. Didominasi oleh siswa pandai

      2.  Bisa bertanya berbagai masalah langsung kepada siswa
2. Menyita waktu untuk proses pembelajaran
           
Kesimpulan dari instrumen-instrumen penilaian diatas yaitu; 
1.      Jenis-jenis instrumen penilaian adalah tes dan nontes. 
2.      Tes terdiri dari tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan.
3.      Nontes merupakan aktivitas keseharian yang dinilai oleh guru itu sendiri melalui pengamatan.
4.      Langkah-langkah membuat instrumen penilaian tes dan nontes berbeda.
5.      Langkah-langkah membuat instrumen penilaian tes dengan menetapkan spesifikasi yang berisi uraian yang mencakup kegiatan menentukan tujuan, menyusun kisi-kisi, memilih bentuk instrumen dan menentukan panjang instrumen.
6.      Langkah-langkah menyusun instrumen nontes ada aspek afektif, dan psikomotor.
7.      Penskoran adalah penentuan keberhasilan siswa dalam proses belajar. Ada tiga cara untuk menentukan keberhasilan tersebut.
a.       Kognitif
b.      Afektif
c.       Psikomotor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar