Kamis, 25 September 2014

STRATEGI HIDUP BERDAMPINGAN DENGAN GUNUNG BERAPI




STRATEGI HIDUP BERDAMPINGAN DENGAN GUNUNG BERAPI
MAKALAH MATA KULIAH ILMU KEALAMAN DASAR









Disusun Oleh:
Nurti Nafiani               152012002







PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN 
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA 

2014



BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus.
Lebih lanjut, istilah gunung api ini juga dipakai untuk menamai fenomena pembentukan ice volcanoes atau gunung api es dan mud volcanoes atau gunung api lumpur. Gunung api es biasa terjadi di daerah yang mempunyai musim dingin bersalju, sedangkan gunung api lumpur dapat kita lihat di daerah Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah yang populer sebagai Bleduk Kuwu.
Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu istirahat dalam waktu 610 tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit untuk menentukan keadaan sebenarnya daripada suatu gunung berapi itu, apakah gunung berapi itu berada dalam keadaan istirahat atau telah mati.

Rumusan Masalah
1.      Bagaimana proses terjadinya gunung meletus?
2.      Bagaimana cara bertahan hidup berdampingan dengan gunung berapi?



BAB II
PEMBAHASAN

GUNUNG MELETUS
Gunung meletus terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan seperti inilah gunung berapi terbentuk. Letusannya yang membawa abu dan batu menyembur dengan keras sejauh radius 18 km atau lebih, sedang lavanya bisa membanjiri daerah sejauh radius 90 km. Letusan gunung berapi bisa menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar sampai ribuan kilometer jauhnya dan bahkan bias mempengaruhi putaran iklim di bumi ini.
Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km.
Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus disebut gunung berapi aktif. 

Vulkanologi
Vulkanologi merupakan studi tentang gunung berapi, lava, magma, dan fenomena geologi yang berhubungan. Seorang ahli vulkanologi adalah orang yang melakukan studi pada bidang ini. Istilah vulkanologi berasal dari Bahasa Latin Vulcan, dewa api Romawi.
Para ahli vulkanologi sering mengunjungi gunung berapi, terutama yang masih aktif, untuk mengamati letusan gunung berapi, mengumpulkan produk letusan termasuk contoh tephra (seperti abu, ash atau batu apung, pumice), batuan, dan lava. Tujuan utama dari penyelidikan adalah perkiraan letusan; pada saat ini belum ada cara yang akurat untuk melakukan hal ini, tetapi memperkirakan letusan, seperti halnya memperkirakan gempa bumi, dapat menyelamatkan banyak jiwa. Seorang ahli vulkanologi mempelajari pembentukan gunung berapi dan letusannya saat ini serta sejarah letusannya. 

Berbagai Tipe Gunung Berapi
  1. Gunung berapi kerucut atau gunung berapi strato (strato vulcano).
  2. Gunung berapi perisai (shield volcano).
  3. Gunung berapi maar.
  4. Gunung berapi besar atau gunung berapi supervolcano.
Penyebab letusan pada gunung berapi

Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma). Magma akan mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahan- rekahan mendekati permukaan bumi.
Gunung berapi terbentuk dari magma, yaitu batuan cair yang terdalam di dalam bumi. Magma terbentuk akibat panasnya suhu di dalam interior bumi. Pada kedalaman tertentu, suhu panas ini sangat tinggi sehingga mampu melelehkan batu-batuan di dalam bumi. Saat batuan ini meleleh, dihasilkanlah gas yang kemudian bercampur dengan magma. Sebagian besar magma terbentuk pada kedalaman 60 hingga 160 km di bawah permukaan bumi. Sebagian lainnya terbentuk pada kedalaman 24 hingga 48 km.
Magma yang mengandung gas, sedikit demi sedikit naik ke permukaan karena massanya yang lebih ringan dibanding batu-batuan padat di sekelilingnya. Saat magma naik, magma tersebut melelehkan batu-batuan di dekatnya sehingga terbentuklah kabin yang besar pada kedalaman sekitar 3 km dari permukaan. Kabin magma (magma chamber) inilah yang merupakan gudang (reservoir) darimana letusan material-material vulkanik berasal.
Magma yang mengandung gas dalam kabin magma berada dalam kondisi di bawah tekanan batu-batuan berat yang mengelilinginya. Tekanan ini menyebabkan magma meletus atau melelehkan conduit (saluran) pada bagian batuan yang rapuh atau retak. Magma bergerak keluar melalui saluran ini menuju ke permukaan. Saat magma mendekati permukaan, kandungan gas di dalamnya terlepas. Gas dan magma ini bersama-sama meledak dan membentuk lubang yang disebut lubang utama (central vent). Sebagian besar magma dan material vulkanik lainnya kemudian menyembur keluar melalui lubang ini. Setelah semburan berhenti, kawah (crater) yang menyerupai mangkuk biasanya terbentuk pada bagian puncak gunung berapi. Sementara lubang utama terdapat di dasar kawah tersebut.
Setelah gunung berapi terbentuk, tidak semua magma yang muncul pada letusan berikutnya naik sampai ke permukaan melalui lubang utama. Saat magma naik, sebagian mungkin terpecah melalui retakan dinding atau bercabang melalui saluran yang lebih kecil. Magma yang melalui saluran ini mungkin akan keluar melalui lubang lain yang terbentuk pada sisi gunung, atau mungkin juga tetap berada di bawah permukaan.

Bahaya Letusan Gunung Api di bagi menjadi dua berdasarkan waktu kejadiannya, yaitu :
Bahaya Utama (Primer)
  1. Awan Panas, merupakan campuran material letusan antara gas dan bebatuan (segala ukuran) terdorong ke bawah akibat densitas yang tinggi dan merupakan adonan yang jenuh menggulung secara turbulensi bagaikan gunung awan yang menyusuri lereng. Selain suhunya sangat tinggi, antara 300 - 700? Celcius, kecepatan lumpurnyapun sangat tinggi, > 70 km/jam (tergantung kemiringan lereng).
  2. Lontaran Material (pijar),terjadi ketika letusan (magmatik) berlangsung. Jauh lontarannya sangat tergantung dari besarnya energi letusan, bisa mencapai ratusan meter jauhnya. Selain suhunya tinggi (>200?C), ukuran materialnya pun besar dengan diameter > 10 cm sehingga mampu membakar sekaligus melukai, bahkan mematikan mahluk hidup. Lazim juga disebut sebagai "bom vulkanik".
  3. Hujan Abu lebat, terjadi ketika letusan gunung api sedang berlangsung. Material yang berukuran halus (abu dan pasir halus) yang diterbangkan angin dan jatuh sebagai hujan abu dan arahnya tergantung dari arah angin. Karena ukurannya yang halus, material ini akan sangat berbahaya bagi pernafasan, mata, pencemaran air tanah, pengrusakan tumbuh-tumbuhan dan mengandung unsur-unsur kimia yang bersifat asam sehingga mampu mengakibatkan korosi terhadap seng dan mesin pesawat.
  4. Lava, merupakan magma yang mencapai permukaan, sifatnya liquid (cairan kental dan bersuhu tinggi, antara 700 - 1200?C. Karena cair, maka lava umumnya mengalir mengikuti lereng dan membakar apa saja yang dilaluinya. Bila lava sudah dingin, maka wujudnya menjadi batu (batuan beku) dan daerah yang dilaluinya akan menjadi ladang batu.
  5. Gas Racun, muncul tidak selalu didahului oleh letusan gunung api sebab gas ini dapat keluar melalui rongga-rongga ataupun rekahan-rekahan yang terdapat di daerah gunung api. Gas utama yang biasanya muncul adalah CO2, H2S, HCl, SO2, dan CO. Yang kerap menyebabkan kematian adalah gas CO2. Beberapa gunung yang memiliki karakteristik letusan gas beracun adalah Gunung Api Tangkuban Perahu, Gunung Api Dieng, Gunung Ciremai, dan Gunung Api Papandayan.
  6. Tsunami, umumnya dapat terjadi pada gunung api pulau, dimana saat letusan terjadi material-material akan memberikan energi yang besar untuk mendorong air laut ke arah pantai sehingga terjadi gelombang tsunami. Makin besar volume material letusan makin besar gelombang yang terangkat ke darat. Sebagai contoh kasus adalah letusan Gunung Krakatau tahun 1883.
Bahaya Ikutan (Sekunder)
Bahaya ikutan letusan gunung api adalah bahaya yang terjadi setelah proses peletusan berlangsung. Bila suatu gunung api meletus akan terjadi penumpukan material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian atas. Pada saat musim hujan tiba, sebagian material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan tercipta adonan lumpur turun ke lembah sebagai banjir bebatuan, banjir tersebut disebut lahar.

TANDA-TANDA GUNUNG AKAN MELETUS
1.      Munculnya asap putih tebal sekitar puncak gunung.
2.      Gempa bumi tektonik (lindu).
3.      Hujan abu.
4.      Suara gemuruh dan dentuman-dentuman dipuncak gunung.
5.      Hewan-hewan hutan di gunung turun ke pemukiman penduduk.
6.      Mata air mengering.
7.      Suhu di sekitar gunung menjadi naik.
8.      Tumbuhan di sekitar gunung menjadi layu.

Cara Hidup Berdampingan Dengan Gunung Berapi
1.      Selalu memperhatikan peringatan dini, ini diingatkan agar para warga bisa selalu mengetahui kondisi terkini gunung dan juga agar dapat dievakuasi sebelum terjadi letusan.
2.      Tetap memperhatikan resiko, meskipun bencana seperti itu jarang terjadi, selang waktu yang tenang sebelum letusan berikutnya telah digunakan untuk riset dan persiapan lebih jauh. Jadi, pemantauan yang terus-menerus, persiapan yang memadai, dan penyuluhan kepada masyarakat dapat ikut mengurangi risiko yang bisa menimpa orang-orang yang hidup di bawah bayang-bayang raksasa tidur. 
-    Persiapkan diri. Tentukan sebelumnya tempat pertemuan seandainya anggota-anggota keluarga terpisah dan orang yang akan diberi tahu tentang keberadaan kita. Sediakan perlengkapan darurat, termasuk makanan dan air minum, perlengkapan P3K, pakaian, radio, senter kedap air, dan baterai ekstra. Persediaan hendaknya cukup untuk beberapa hari.

Tingkat isyarat gunung berapi di Indonesia
1.      Status Awas              
  • Menandakan gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan kritis yang menimbulkan bencana
  • Letusan pembukaan dimulai dengan abu dan asap
  • Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam
Tindakan
  • Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan
  • Koordinasi dilakukan secara harian
  • Piket penuh
2.      Status Siaga
  • Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke arah letusan atau menimbulkan bencana
  • Peningkatan intensif kegiatan seismik
  • Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana
  • Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu
Tindakan
  • Sosialisasi di wilayah terancam
  • Penyiapan sarana darurat
  • Koordinasi harian
  • Piket penuh
3.      Status Waspada
  • Ada aktivitas apa pun bentuknya
  • Terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal
  • Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya
  • Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik dan hidrotermal
Tindakan
  • Penyuluhan/sosialisasi
  • Penilaian bahaya
  • Pengecekan sarana
  • Pelaksanaan piket terbatas
4.      Status Normal
  • Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma
  • Level aktivitas dasar
Tindakan
  • Pengamatan rutin
  • Survei dan penyelidikan
Persiapan menghadapi Letusan gunung Berapi
1.      Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk mengungsi
2.      Membuat perencanaan penanganan bencana
3.      Mempersiapkan pengungsian jika diperlukan
4.      Mempersiapkan kebutuhan dasar (pangan, pakaian alat perlindungan)
 

Jika Terjadi Letusan Gunung Berapi
1.      Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah aliran lahar.
2.      Ditempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas. Persiapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan.
3.      Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh seperti: baju lengan panjang, celana panjang, topi dan lainnya.
4.      Jangan memakai lensa kontak.
5.      Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung.
6.      Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan.

Setelah Terjadi Letusan Gunung Berapi
1.      Jauhi wilayah yang terkena hujan abu
2.      Bersihkan atap rumah atau bangunan dari timbunan abu. Karena beratnya, bisa merusak atau meruntuhkan atap bangunan.
3.      Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin motor, rem, persneling hingga pengapian.

MITIGASI BENCANA GUNUNG BERAPI
Upaya memperkecil jumlah korban jiwa dan kerugian harta benda akibat letusan gunung berapi, tindakan yang perlu dilakukan :
  1. Pemantauan, aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam menggunakan alat pencatat gempa (seismograf). Data harian hasil pemantauan dilaporkan ke kantor Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) di Bandung dengan menggunakan radio komunikasi SSB. Petugas pos pengamatan Gunung berapi menyampaikan laporan bulanan ke pemda setempat.
  2. Tanggap Darurat, tindakan yang dilakukan oleh DVMBG ketika terjadi peningkatan aktivitas gunung berapi, antara lain mengevaluasi laporan dan data, membentuk tim Tanggap Darurat, mengirimkan tim ke lokasi, melakukan pemeriksaan secara terpadu.
  3. Pemetaan, Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung berapi dapat menjelaskan jenis dan sifat bahaya gunung berapi, daerah rawan bencana, arah penyelamatan diri, lokasi pengungsian, dan pos penanggulangan bencana.
  4. Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi, Geofisika, dan Geokimia. Hasil penyelidikan ditampilkan dalam bentuk buku, peta dan dokumen lainya.
  5. Sosialisasi, petugas melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Daerah serta masyarakat terutama yang tinggal di sekitar gunung berapi. Bentuk sosialisasi dapat berupa pengiriman informasi kepada Pemda dan penyuluhan langsung kepada masyarakat.
            Gunung yang berstatus waspada tidak sangat berbahaya karena hanya ada kenaikan aktivitas di atas level normal. Gunung yang berstatus waspada tidak mesti berubah statusnya secara cepat menjadi siaga tetapi tergantung aktivitas dari gunung tersebut. gunung api tidak akan meletus tiba-tiba. Ada tahapannya yaitu dari normal kemudian menjadi waspada, siaga dan awas sesuai ancamannya.
            Sementara untuk gunung yang menunjukan aktivitas yang dapat berlanjut ke letusan alias siaga, biasanya masyarakat di wilayah tersebut telah disosialisasikan tentang kondisi gunung dan diberikan pendidikan tentang ancaman bahaya dan antisipasinya. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi akan memberitahukan tentang kondisi gunung ke pemerintah daerah dan sejumlah pihak. Untuk gunung berstatus waspada, akan diberitahukan apabila aktivitas gunung meningkat. Apabila gunung berstatus siaga, perkembangan kondisinya akan terus diberitahukan satu kali sehari sedangkan untuk status awas, perkembangan kondisinya akan diumumkan setiap 6 jam.

AKIBAT GUNUNG MELETUS
1.      Leleran lava merupakan cairan lava yang pekat dan panas dapat merusak segala infrastruktur yang dilaluinya. Kecepatan aliran lava tergantung dari kekentalan magmanya, makin rendah kekentalannya, maka makin jauh jangkauan alirannya. Suhu lava pada saat dierupsikan berkisar antara 800o 1200o C. Pada umumnya di Indonesia, leleran lava yang dierupsikan gunungapi, komposisi magmanya menengah sehingga pergerakannya cukup lamban sehingga manusia dapat menghindarkan diri dari terjangannya.
2.      Aliran piroklastik (awan panas) dapat terjadi akibat runtuhan tiang asap erupsi plinian, letusan langsung ke satu arah, guguran kubah lava atau lidah lava dan aliran pada permukaan tanah (surge). Aliran piroklastik sangat dikontrol oleh gravitasi dan cenderung mengalir melalui daerah rendah atau lembah. Mobilitas tinggi aliran piroklastik dipengaruhi oleh pelepasan gas dari magma atau lava atau dari udara yang terpanaskan pada saat mengalir. Kecepatan aliran dapat mencapai 150 250 km/jam dan jangkauan aliran dapat mencapai puluhan kilometer walaupun bergerak di atas air/laut.
3.      Jatuhan piroklastik terjadi dari letusan yang membentuk tiang asap cukup tinggi, pada saat energinya habis, abu akan menyebar sesuai arah angin kemudian jatuh lagi ke muka bumi. Hujan abu ini bukan merupakan bahaya langsung bagi manusia, tetapi endapan abunya akan merontokkan daun-daun dan pepohonan kecil sehingga merusak agro dan pada ketebalan tertentu dapat merobohkan atap rumah. Sebaran abu di udara dapat menggelapkan bumi beberapa saat serta mengancam bahaya bagi jalur penerbangan.
4.      Lahar letusan terjadi pada gunungapi yang mempunyai danau kawah. Apabila volume air alam kawah cukup besar akan menjadi ancaman langsung saat terjadi letusan dengan menumpahkan lumpur panas.
5.      Gas vulkanik beracun umumnya muncul pada gunungapi aktif berupa CO, CO2, HCN, H2S, SO2 dll, pada konsentrasi di atas ambang batas dapat membunuh
6.      Lahar hujan terjadi apabila endapan material lepas hasil erupsi gunungapi yang diendapkan pada puncak dan lereng, terangkut oleh hujan atau air permukaan. Aliran lahar ini berupa aliran lumpur yang sangat pekat sehingga dapat mengangkut material berbagai ukuran. Bongkahan batu besar berdiameter lebih dari 5 m dapat mengapung pada aliran lumpur ini. Lahar juga dapat merubah topografi sungai yang dilaluinya dan merusak infrastruktur.
7.      Banjir bandang terjadi akibat longsoran material vulkanik lama pada lereng gunungapi karena jenuh air atau curah hujan cukup tinggi. Aliran Lumpur disini tidak begitu pekat seperti lahar, tapi cukup membahayakan bagi penduduk yang bekerja di sungai dengan tiba-tiba terjadi aliran lumpur.
8.      Longsoran vulkanik dapat terjadi akibat letusan gunungapi, eksplosi uap air, alterasi batuan pada tubuh gunungapi sehingga menjadi rapuh, atau terkena gempabumi berintensitas kuat. Longsoran vulkanik ini jarang terjadi di gunungapi secara umum sehingga dalam peta kawasan rawan bencana tidak mencantumkan bahaya akibat longsoran vulkanik.

DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF AKIBAT GUNUNG MELETUS
Gunung berapi merupakan gunung yang sewaktu – waktu bisa meletus. Di Indonesia terutama dipulau jawa merupakan daerah yang banyak gunung berapinya. Adanya gunung api ini member pengaruh bagi kehidupan, baik pengaruh positif maupun negatif.

Berikut merupakan penjelasan dampak positif atau menfaat dari gunung berapi:
1.      Gunung api mengeluarkan abu vulkanis yang dapat menyuburkan tanah
2.      Material gunung api berupa batu, kerikil, dan pasir dapat dimanfaatkan untuk bahan      bangunan.
3.      Magma yang telah membeku di permukaan bumi menyimpan bermacam material logam atau bahan tambang, seperti emas dan perak.
4.      Kawasan gunung api bisa di manfaatkan untuk lahan hutan, perkebunan dan pariwisata

Adapun dampak negatif atau kerugian yang disebabkan oleh gunung berapi:
1.      Lava pijar yang bercampur air pada kawah gunning api membentuk lahar panas yang dapat meluncur menuruni lereng menghancurkan apaapun tak terkecuali daerah pemukiman.
2.      Lava dingin berupa aliran batu, kerikil, dan pasir bertumpuk – tumpuk dipuncak gunung, pada saat tertentu akan meluncur menuruni daerah yang dilalui dan menghancurkan apapun yang ada.
3.      Apabila gunung berapi dibawah permukaan laut meletus, biasannya diikuti gelombang tsunami.
4.      Abu vulkanis yang membumbung tinggi keudara atau yang sering disebut wedos gembel dapat mengganggu jalur penerbangan.


BAB III
PENUTUP

Simpulan:

            Indonesia merupakan dalam wilayah king of fire di dunia. Hampir seluruh warga negara di Indonesia ini hidup dalam ancaman gunung berapi. Wilayah Jawa adalah wilayah yang paling rawan terhadap bencana letusan gunung berapi. Tetapi hidup berdampingan dengan gunung berapi juga mempunyai keuntungan sendiri bagi warga Indonesia di dalam segi pertanian.
            Letusan gunung api adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah "erupsi". Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma). Magma akan mengintruksi batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahan- rekahan mendekati permukaan bumi.
            Adapun cara-cara hidup berdampingan dengan gunung api adalah dengan selalu merespons peringatan-peringatan dini dari dinas penanggulangan bencana di area sekitar gunung berapi untuk dapat mempersiapkan diri agar tidak terkena letusan. Memang, hidup di area gung berapi harus waspada. Apalagi gunung aktif seperti Gunung Merapi yang sewaktu-waktu menggeliat dan siap memuntahkan materialnya.
            Tetapi anehnya gunung berapi mempunyai nilai ekonomis yang bisa membantu penduduk di sekitarnya. Materialnya yang berupa pasir bisa menjadi bahan bangunan. Leleran magma mengandung logam bernilai seperti emas. Di kawasan sekitar gunung berapi juga dapat menjadi tempat wisata seperti Ketep di daerah Kopeng, Magelang.
            Masyarakat yang hidup berdampingan dengan gunung berapi juga memanfaatkan kesuburan tanahnya untuk menanam sayuran karena abu vulkanisnya. Sebenarnya berdampingan dengan gunung api juga member pelajaran agar selalu tanggap dengan hal-hal yang berbahaya. Daerah di sekitarnya pun juga begitu. Tempat yang jauhnya berkilo-kilometer dengan gunung api harus tanggap untuk selalu berjaga-jaga  saat gunung api meletus. Abu vulkaniknya bisa menyebar ke area-area yang tidak hanya di sekitar gunung. Maka dari itu media selalu menghimbau lebih dini agar warga mempersiapkan masker.
            Gunung api merupakan sahabat yang baik bagi manusia. Tetapi sahabat yang baik itu juga mampu melenyapkan manusia di sekitarnya. Kadang ada kaitannya dengan emosi manusia saat gunung berapi meletus. Maka dari itu manusia juga harus bersikap baik untuk selalu menjaga alam ini.
           


DAFTAR PUSTAKA

·         www.wikipedia.co.id/ id.wikipedia.org/wiki/Gunung_meletus
·         Wardah, Fatiyah. “Masyarakat Tidak Perlu Panik Soal Status Gunung Berapi”. 30 Mei 2014.  http://www.voaindonesia.com/content/masyarakat-tak-perlu-panik-soal-status-gunung-berapi/1843160.html
·         Sunaryo, Arie. “Warga yakin Merapi tunjukkan tanda-tanda akan terjadi erupsi”, Jumat, 2 Mei 2014 16:53. Suara Merdeka, http://www.merdeka.com/peristiwa/warga-yakin-merapi-tunjukkan-tanda-tanda-akan-terjadi-erupsi.html.
·         “Hidup di Bawah Bayang-Bayang Raksasa Tidur”, http://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-in/102007046
·         “Bahaya Gunung Berapi dan Cara Penanggulangannya”. 20 January 2012 , http://jogja.siagabencana.net/2012/01/bahaya-gunung-berapi-dan-cara-penanggulangannya/
·         “Letusan Gunung Api”. Badan Nasional Penanggulangan Bencana.  http://118.97.53.73/website/asp/benc.asp?p=8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar