STRATEGI
HIDUP BERDAMPINGAN DENGAN GUNUNG BERAPI
MAKALAH
MATA KULIAH ILMU KEALAMAN DASAR
Disusun
Oleh:
Nurti
Nafiani 152012002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
SALATIGA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah
istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem
saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang
memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai
ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan
pada saat meletus.
Lebih lanjut, istilah gunung api ini juga
dipakai untuk menamai fenomena pembentukan ice volcanoes atau
gunung api es dan mud volcanoes atau gunung api lumpur. Gunung
api es biasa terjadi di daerah yang mempunyai musim dingin bersalju, sedangkan
gunung api lumpur dapat kita lihat di
daerah Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah yang populer
sebagai Bleduk Kuwu.
Gunung berapi terdapat
dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi
yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum
akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu
istirahat dalam waktu 610 tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali. Oleh
itu, sulit untuk menentukan keadaan sebenarnya daripada suatu gunung berapi
itu, apakah gunung berapi itu berada dalam keadaan istirahat atau telah mati.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana proses terjadinya
gunung meletus?
2.
Bagaimana cara bertahan
hidup berdampingan dengan gunung berapi?
BAB II
PEMBAHASAN
GUNUNG MELETUS
Gunung
meletus terjadi akibat endapan magma di dalam perut
bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan
seperti inilah gunung berapi terbentuk. Letusannya yang membawa abu dan batu
menyembur dengan keras sejauh radius 18 km atau lebih, sedang lavanya bisa
membanjiri daerah sejauh radius 90 km. Letusan gunung berapi bisa menimbulkan
korban jiwa dan harta benda yang besar sampai ribuan kilometer jauhnya dan bahkan
bias mempengaruhi putaran iklim di bumi ini.
Magma adalah cairan pijar
yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni
diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi
disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C.
Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh
radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius
90 km.
Tidak semua gunung berapi
sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus disebut gunung berapi aktif.
Vulkanologi
Vulkanologi
Vulkanologi merupakan studi
tentang gunung berapi, lava, magma, dan fenomena geologi yang berhubungan. Seorang ahli
vulkanologi adalah orang yang melakukan studi pada bidang ini. Istilah vulkanologi
berasal dari Bahasa
Latin Vulcan, dewa api Romawi.
Para ahli vulkanologi
sering mengunjungi gunung berapi, terutama yang masih aktif, untuk mengamati
letusan gunung berapi, mengumpulkan produk letusan termasuk contoh tephra
(seperti abu, ash atau batu apung, pumice), batuan, dan lava. Tujuan utama dari penyelidikan
adalah perkiraan letusan; pada saat ini belum ada cara yang akurat untuk
melakukan hal ini, tetapi memperkirakan letusan, seperti halnya memperkirakan gempa bumi, dapat menyelamatkan banyak jiwa.
Seorang ahli vulkanologi mempelajari pembentukan gunung berapi dan letusannya
saat ini serta sejarah letusannya.
Berbagai Tipe Gunung Berapi
- Gunung berapi kerucut atau gunung berapi strato (strato vulcano).
- Gunung berapi perisai (shield volcano).
- Gunung berapi maar.
- Gunung berapi besar atau gunung berapi supervolcano.
Penyebab letusan pada
gunung berapi
Hampir
semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan aktif sebab
berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah
terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan
material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma). Magma akan mengintrusi
batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahan- rekahan mendekati permukaan
bumi.
Gunung berapi terbentuk
dari magma, yaitu batuan cair yang terdalam di dalam bumi. Magma terbentuk
akibat panasnya suhu di dalam interior bumi. Pada kedalaman tertentu, suhu
panas ini sangat tinggi sehingga mampu melelehkan batu-batuan di dalam bumi.
Saat batuan ini meleleh, dihasilkanlah gas yang kemudian bercampur dengan
magma. Sebagian besar magma terbentuk pada kedalaman 60 hingga 160 km di bawah
permukaan bumi. Sebagian lainnya terbentuk pada kedalaman 24 hingga 48 km.
Magma yang mengandung gas,
sedikit demi sedikit naik ke permukaan karena massanya yang lebih ringan
dibanding batu-batuan padat di sekelilingnya. Saat magma naik, magma tersebut
melelehkan batu-batuan di dekatnya sehingga terbentuklah kabin yang besar pada
kedalaman sekitar 3 km dari permukaan. Kabin magma (magma chamber) inilah yang
merupakan gudang (reservoir) darimana letusan material-material vulkanik berasal.
Magma yang mengandung gas
dalam kabin magma berada dalam kondisi di bawah tekanan batu-batuan berat yang
mengelilinginya. Tekanan ini menyebabkan magma meletus atau melelehkan conduit
(saluran) pada bagian batuan yang rapuh atau retak. Magma bergerak keluar
melalui saluran ini menuju ke permukaan. Saat magma mendekati permukaan,
kandungan gas di dalamnya terlepas. Gas dan magma ini bersama-sama meledak dan
membentuk lubang yang disebut lubang utama (central vent). Sebagian besar magma
dan material vulkanik lainnya kemudian menyembur keluar melalui lubang ini.
Setelah semburan berhenti, kawah (crater) yang menyerupai mangkuk biasanya
terbentuk pada bagian puncak gunung berapi. Sementara lubang utama terdapat di
dasar kawah tersebut.
Setelah gunung berapi terbentuk,
tidak semua magma yang muncul pada letusan berikutnya naik sampai ke permukaan
melalui lubang utama. Saat magma naik, sebagian mungkin terpecah melalui
retakan dinding atau bercabang melalui saluran yang lebih kecil. Magma yang
melalui saluran ini mungkin akan keluar melalui lubang lain yang terbentuk pada
sisi gunung, atau mungkin juga tetap berada di bawah permukaan.
Bahaya Letusan Gunung Api di bagi menjadi dua berdasarkan waktu kejadiannya, yaitu :
Bahaya Letusan Gunung Api di bagi menjadi dua berdasarkan waktu kejadiannya, yaitu :
Bahaya Utama (Primer)
- Awan Panas, merupakan campuran material letusan antara gas dan bebatuan (segala ukuran) terdorong ke bawah akibat densitas yang tinggi dan merupakan adonan yang jenuh menggulung secara turbulensi bagaikan gunung awan yang menyusuri lereng. Selain suhunya sangat tinggi, antara 300 - 700? Celcius, kecepatan lumpurnyapun sangat tinggi, > 70 km/jam (tergantung kemiringan lereng).
- Lontaran Material (pijar),terjadi ketika letusan (magmatik) berlangsung. Jauh lontarannya sangat tergantung dari besarnya energi letusan, bisa mencapai ratusan meter jauhnya. Selain suhunya tinggi (>200?C), ukuran materialnya pun besar dengan diameter > 10 cm sehingga mampu membakar sekaligus melukai, bahkan mematikan mahluk hidup. Lazim juga disebut sebagai "bom vulkanik".
- Hujan Abu lebat, terjadi ketika letusan gunung api sedang berlangsung. Material yang berukuran halus (abu dan pasir halus) yang diterbangkan angin dan jatuh sebagai hujan abu dan arahnya tergantung dari arah angin. Karena ukurannya yang halus, material ini akan sangat berbahaya bagi pernafasan, mata, pencemaran air tanah, pengrusakan tumbuh-tumbuhan dan mengandung unsur-unsur kimia yang bersifat asam sehingga mampu mengakibatkan korosi terhadap seng dan mesin pesawat.
- Lava, merupakan magma yang mencapai permukaan, sifatnya liquid (cairan kental dan bersuhu tinggi, antara 700 - 1200?C. Karena cair, maka lava umumnya mengalir mengikuti lereng dan membakar apa saja yang dilaluinya. Bila lava sudah dingin, maka wujudnya menjadi batu (batuan beku) dan daerah yang dilaluinya akan menjadi ladang batu.
- Gas Racun, muncul tidak selalu didahului oleh letusan gunung api sebab gas ini dapat keluar melalui rongga-rongga ataupun rekahan-rekahan yang terdapat di daerah gunung api. Gas utama yang biasanya muncul adalah CO2, H2S, HCl, SO2, dan CO. Yang kerap menyebabkan kematian adalah gas CO2. Beberapa gunung yang memiliki karakteristik letusan gas beracun adalah Gunung Api Tangkuban Perahu, Gunung Api Dieng, Gunung Ciremai, dan Gunung Api Papandayan.
- Tsunami, umumnya dapat terjadi pada gunung api pulau, dimana saat letusan terjadi material-material akan memberikan energi yang besar untuk mendorong air laut ke arah pantai sehingga terjadi gelombang tsunami. Makin besar volume material letusan makin besar gelombang yang terangkat ke darat. Sebagai contoh kasus adalah letusan Gunung Krakatau tahun 1883.
Bahaya Ikutan (Sekunder)
Bahaya ikutan letusan gunung api adalah bahaya yang terjadi
setelah proses peletusan berlangsung. Bila suatu gunung api meletus akan
terjadi penumpukan material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian
atas. Pada saat musim hujan tiba, sebagian material tersebut akan terbawa oleh
air hujan dan tercipta adonan lumpur turun ke lembah sebagai banjir bebatuan,
banjir tersebut disebut lahar.
TANDA-TANDA GUNUNG AKAN MELETUS
TANDA-TANDA GUNUNG AKAN MELETUS
1.
Munculnya asap putih tebal
sekitar puncak gunung.
2.
Gempa bumi tektonik (lindu).
3.
Hujan abu.
4.
Suara gemuruh dan
dentuman-dentuman dipuncak gunung.
5.
Hewan-hewan hutan di gunung
turun ke pemukiman penduduk.
6.
Mata air mengering.
7.
Suhu di sekitar gunung
menjadi naik.
8.
Tumbuhan di sekitar gunung
menjadi layu.
Cara
Hidup Berdampingan Dengan Gunung Berapi
1. Selalu memperhatikan peringatan dini, ini diingatkan
agar para warga bisa selalu mengetahui kondisi terkini gunung dan juga agar
dapat dievakuasi sebelum terjadi letusan.
2. Tetap memperhatikan resiko, meskipun
bencana seperti itu jarang terjadi, selang waktu yang tenang sebelum letusan
berikutnya telah digunakan untuk riset dan persiapan lebih jauh. Jadi,
pemantauan yang terus-menerus, persiapan yang memadai, dan penyuluhan kepada
masyarakat dapat ikut mengurangi risiko yang bisa menimpa orang-orang yang
hidup di bawah bayang-bayang raksasa tidur.
- Persiapkan diri. Tentukan sebelumnya tempat pertemuan seandainya anggota-anggota keluarga terpisah dan orang yang akan diberi tahu tentang keberadaan kita. Sediakan perlengkapan darurat, termasuk makanan dan air minum, perlengkapan P3K, pakaian, radio, senter kedap air, dan baterai ekstra. Persediaan hendaknya cukup untuk beberapa hari.
- Persiapkan diri. Tentukan sebelumnya tempat pertemuan seandainya anggota-anggota keluarga terpisah dan orang yang akan diberi tahu tentang keberadaan kita. Sediakan perlengkapan darurat, termasuk makanan dan air minum, perlengkapan P3K, pakaian, radio, senter kedap air, dan baterai ekstra. Persediaan hendaknya cukup untuk beberapa hari.
Tingkat
isyarat gunung berapi di Indonesia
1. Status
Awas
- Menandakan gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan kritis yang menimbulkan bencana
- Letusan pembukaan dimulai dengan abu dan asap
- Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam
Tindakan
- Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan
- Koordinasi dilakukan secara harian
- Piket penuh
2.
Status
Siaga
- Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke arah letusan atau menimbulkan bencana
- Peningkatan intensif kegiatan seismik
- Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana
- Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu
Tindakan
- Sosialisasi di wilayah terancam
- Penyiapan sarana darurat
- Koordinasi harian
- Piket penuh
3.
Status
Waspada
- Ada aktivitas apa pun bentuknya
- Terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal
- Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya
- Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik dan hidrotermal
Tindakan
- Penyuluhan/sosialisasi
- Penilaian bahaya
- Pengecekan sarana
- Pelaksanaan piket terbatas
4.
Status
Normal
- Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma
- Level aktivitas dasar
Tindakan
- Pengamatan rutin
- Survei dan penyelidikan
Persiapan menghadapi
Letusan gunung Berapi
1.
Mengenali daerah setempat
dalam menentukan tempat yang aman untuk mengungsi
2.
Membuat perencanaan
penanganan bencana
3.
Mempersiapkan pengungsian
jika diperlukan
4.
Mempersiapkan kebutuhan
dasar (pangan, pakaian alat perlindungan)
Jika Terjadi Letusan Gunung Berapi
Jika Terjadi Letusan Gunung Berapi
1. Hindari
daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah aliran lahar.
2. Ditempat
terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas. Persiapkan diri untuk
kemungkinan bencana susulan.
3. Kenakan
pakaian yang bisa melindungi tubuh seperti: baju lengan panjang, celana
panjang, topi dan lainnya.
4. Jangan
memakai lensa kontak.
5. Pakai
masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung.
6. Saat
turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan.
Setelah Terjadi Letusan Gunung Berapi
1. Jauhi
wilayah yang terkena hujan abu
2. Bersihkan
atap rumah atau bangunan dari timbunan abu. Karena beratnya, bisa merusak atau
meruntuhkan atap bangunan.
3. Hindari
mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin
motor, rem, persneling hingga pengapian.
MITIGASI BENCANA GUNUNG BERAPI
Upaya memperkecil jumlah korban jiwa dan kerugian harta
benda akibat letusan gunung berapi, tindakan yang perlu dilakukan :
- Pemantauan, aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam menggunakan alat pencatat gempa (seismograf). Data harian hasil pemantauan dilaporkan ke kantor Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) di Bandung dengan menggunakan radio komunikasi SSB. Petugas pos pengamatan Gunung berapi menyampaikan laporan bulanan ke pemda setempat.
- Tanggap Darurat, tindakan yang dilakukan oleh DVMBG ketika terjadi peningkatan aktivitas gunung berapi, antara lain mengevaluasi laporan dan data, membentuk tim Tanggap Darurat, mengirimkan tim ke lokasi, melakukan pemeriksaan secara terpadu.
- Pemetaan, Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung berapi dapat menjelaskan jenis dan sifat bahaya gunung berapi, daerah rawan bencana, arah penyelamatan diri, lokasi pengungsian, dan pos penanggulangan bencana.
- Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi, Geofisika, dan Geokimia. Hasil penyelidikan ditampilkan dalam bentuk buku, peta dan dokumen lainya.
- Sosialisasi, petugas melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Daerah serta masyarakat terutama yang tinggal di sekitar gunung berapi. Bentuk sosialisasi dapat berupa pengiriman informasi kepada Pemda dan penyuluhan langsung kepada masyarakat.
Gunung
yang berstatus waspada tidak sangat berbahaya
karena hanya ada kenaikan aktivitas di atas level normal. Gunung yang berstatus
waspada tidak mesti berubah statusnya secara cepat menjadi siaga tetapi
tergantung aktivitas dari gunung tersebut. gunung api tidak akan meletus
tiba-tiba. Ada tahapannya yaitu dari normal kemudian menjadi waspada, siaga dan
awas sesuai ancamannya.
Sementara untuk gunung yang
menunjukan aktivitas yang dapat berlanjut ke letusan alias siaga, biasanya
masyarakat di wilayah tersebut telah disosialisasikan tentang kondisi gunung
dan diberikan pendidikan tentang ancaman bahaya dan antisipasinya. Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi akan memberitahukan tentang kondisi
gunung ke pemerintah daerah dan sejumlah pihak. Untuk gunung berstatus waspada,
akan diberitahukan apabila aktivitas gunung meningkat. Apabila gunung berstatus
siaga, perkembangan kondisinya akan terus diberitahukan satu kali sehari
sedangkan untuk status awas, perkembangan kondisinya akan diumumkan setiap 6
jam.
AKIBAT
GUNUNG MELETUS
1.
Leleran
lava merupakan cairan lava yang pekat dan panas dapat merusak segala
infrastruktur yang dilaluinya. Kecepatan aliran lava tergantung dari kekentalan
magmanya, makin rendah kekentalannya, maka makin jauh jangkauan alirannya. Suhu
lava pada saat dierupsikan berkisar antara 800o 1200o C. Pada umumnya di
Indonesia, leleran lava yang dierupsikan gunungapi, komposisi magmanya menengah
sehingga pergerakannya cukup lamban sehingga manusia dapat menghindarkan diri
dari terjangannya.
2.
Aliran
piroklastik (awan panas) dapat terjadi akibat runtuhan tiang asap erupsi
plinian, letusan langsung ke satu arah, guguran kubah lava atau lidah lava dan
aliran pada permukaan tanah (surge). Aliran piroklastik sangat dikontrol oleh
gravitasi dan cenderung mengalir melalui daerah rendah atau lembah. Mobilitas
tinggi aliran piroklastik dipengaruhi oleh pelepasan gas dari magma atau lava
atau dari udara yang terpanaskan pada saat mengalir. Kecepatan aliran dapat
mencapai 150 250 km/jam dan jangkauan aliran dapat mencapai puluhan kilometer
walaupun bergerak di atas air/laut.
3.
Jatuhan
piroklastik terjadi dari letusan yang membentuk tiang asap cukup tinggi, pada
saat energinya habis, abu akan menyebar sesuai arah angin kemudian jatuh lagi
ke muka bumi. Hujan abu ini bukan merupakan bahaya langsung bagi manusia,
tetapi endapan abunya akan merontokkan daun-daun dan pepohonan kecil sehingga
merusak agro dan pada ketebalan tertentu dapat merobohkan atap rumah. Sebaran
abu di udara dapat menggelapkan bumi beberapa saat serta mengancam bahaya bagi
jalur penerbangan.
4.
Lahar
letusan terjadi pada gunungapi yang mempunyai danau kawah. Apabila volume air
alam kawah cukup besar akan menjadi ancaman langsung saat terjadi letusan
dengan menumpahkan lumpur panas.
5.
Gas
vulkanik beracun umumnya muncul pada gunungapi aktif berupa CO, CO2, HCN, H2S,
SO2 dll, pada konsentrasi di atas ambang batas dapat membunuh
6.
Lahar
hujan terjadi apabila endapan material lepas hasil erupsi gunungapi yang
diendapkan pada puncak dan lereng, terangkut oleh hujan atau air permukaan.
Aliran lahar ini berupa aliran lumpur yang sangat pekat sehingga dapat
mengangkut material berbagai ukuran. Bongkahan batu besar berdiameter lebih
dari 5 m dapat mengapung pada aliran lumpur ini. Lahar juga dapat merubah
topografi sungai yang dilaluinya dan merusak infrastruktur.
7.
Banjir
bandang terjadi akibat longsoran material vulkanik lama pada lereng gunungapi
karena jenuh air atau curah hujan cukup tinggi. Aliran Lumpur disini tidak
begitu pekat seperti lahar, tapi cukup membahayakan bagi penduduk yang bekerja
di sungai dengan tiba-tiba terjadi aliran lumpur.
8.
Longsoran
vulkanik dapat terjadi akibat letusan gunungapi, eksplosi uap air, alterasi
batuan pada tubuh gunungapi sehingga menjadi rapuh, atau terkena gempabumi
berintensitas kuat. Longsoran vulkanik ini jarang terjadi di gunungapi secara
umum sehingga dalam peta kawasan rawan bencana tidak mencantumkan bahaya akibat
longsoran vulkanik.
DAMPAK
POSITIF DAN NEGATIF AKIBAT GUNUNG MELETUS
Gunung berapi merupakan
gunung yang sewaktu – waktu bisa meletus. Di Indonesia terutama dipulau jawa
merupakan daerah yang banyak gunung berapinya. Adanya gunung api ini member
pengaruh bagi kehidupan, baik pengaruh positif maupun negatif.
Berikut merupakan
penjelasan dampak positif atau menfaat dari gunung berapi:
1.
Gunung api mengeluarkan abu
vulkanis yang dapat menyuburkan tanah
2.
Material gunung api berupa
batu, kerikil, dan pasir dapat dimanfaatkan untuk bahan bangunan.
3.
Magma yang telah membeku di
permukaan bumi menyimpan bermacam material logam atau bahan tambang, seperti
emas dan perak.
4.
Kawasan
gunung api bisa di manfaatkan untuk lahan hutan, perkebunan dan pariwisata
Adapun
dampak negatif atau kerugian yang disebabkan oleh gunung berapi:
1.
Lava pijar yang bercampur
air pada kawah gunning api membentuk lahar panas yang dapat meluncur menuruni
lereng menghancurkan apaapun tak terkecuali daerah pemukiman.
2.
Lava dingin berupa aliran
batu, kerikil, dan pasir bertumpuk – tumpuk dipuncak gunung, pada saat tertentu
akan meluncur menuruni daerah yang dilalui dan menghancurkan apapun yang ada.
3.
Apabila gunung berapi
dibawah permukaan laut meletus, biasannya diikuti gelombang tsunami.
4.
Abu vulkanis yang
membumbung tinggi keudara atau yang sering disebut wedos gembel dapat
mengganggu jalur penerbangan.
BAB III
PENUTUP
Simpulan:
Indonesia
merupakan dalam wilayah king of fire di dunia. Hampir seluruh warga negara di
Indonesia ini hidup dalam ancaman gunung berapi. Wilayah Jawa adalah wilayah
yang paling rawan terhadap bencana letusan gunung berapi. Tetapi hidup
berdampingan dengan gunung berapi juga mempunyai keuntungan sendiri bagi warga
Indonesia di dalam segi pertanian.
Letusan gunung api
adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah
"erupsi". Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona
kegempaan aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng
inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu
melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma). Magma akan
mengintruksi batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahan- rekahan mendekati
permukaan bumi.
Adapun
cara-cara hidup berdampingan dengan gunung api adalah dengan selalu merespons
peringatan-peringatan dini dari dinas penanggulangan bencana di area sekitar gunung
berapi untuk dapat mempersiapkan diri agar tidak terkena letusan. Memang, hidup
di area gung berapi harus waspada. Apalagi gunung aktif seperti Gunung Merapi
yang sewaktu-waktu menggeliat dan siap memuntahkan materialnya.
Tetapi
anehnya gunung berapi mempunyai nilai ekonomis yang bisa membantu penduduk di
sekitarnya. Materialnya yang berupa pasir bisa menjadi bahan bangunan. Leleran
magma mengandung logam bernilai seperti emas. Di kawasan sekitar gunung berapi
juga dapat menjadi tempat wisata seperti Ketep di daerah Kopeng, Magelang.
Masyarakat
yang hidup berdampingan dengan gunung berapi juga memanfaatkan kesuburan
tanahnya untuk menanam sayuran karena abu vulkanisnya. Sebenarnya berdampingan
dengan gunung api juga member pelajaran agar selalu tanggap dengan hal-hal yang
berbahaya. Daerah di sekitarnya pun juga begitu. Tempat yang jauhnya
berkilo-kilometer dengan gunung api harus tanggap untuk selalu
berjaga-jaga saat gunung api meletus.
Abu vulkaniknya bisa menyebar ke area-area yang tidak hanya di sekitar gunung.
Maka dari itu media selalu menghimbau lebih dini agar warga mempersiapkan
masker.
Gunung
api merupakan sahabat yang baik bagi manusia. Tetapi sahabat yang baik itu juga
mampu melenyapkan manusia di sekitarnya. Kadang ada kaitannya dengan emosi
manusia saat gunung berapi meletus. Maka dari itu manusia juga harus bersikap
baik untuk selalu menjaga alam ini.
DAFTAR PUSTAKA
·
www.wikipedia.co.id/ id.wikipedia.org/wiki/Gunung_meletus
·
Wardah, Fatiyah. “Masyarakat Tidak
Perlu Panik Soal Status Gunung Berapi”. 30 Mei 2014. http://www.voaindonesia.com/content/masyarakat-tak-perlu-panik-soal-status-gunung-berapi/1843160.html
·
Sunaryo, Arie. “Warga yakin Merapi
tunjukkan tanda-tanda akan terjadi erupsi”,
Jumat, 2 Mei 2014 16:53. Suara
Merdeka, http://www.merdeka.com/peristiwa/warga-yakin-merapi-tunjukkan-tanda-tanda-akan-terjadi-erupsi.html.
·
“Hidup di Bawah Bayang-Bayang Raksasa Tidur”, http://wol.jw.org/id/wol/d/r25/lp-in/102007046
·
“Bahaya Gunung Berapi dan Cara Penanggulangannya”. 20 January 2012 ,
http://jogja.siagabencana.net/2012/01/bahaya-gunung-berapi-dan-cara-penanggulangannya/
·
“Letusan Gunung Api”.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. http://118.97.53.73/website/asp/benc.asp?p=8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar